Oleh: Suhirman al-Sasaki[1]
A
|
DA informasi yang menarik
ketika membaca sejarah perempuan dalam peradaban-peradaban besar, “sebelum
turunnya al-Qur’an” mulai dari peradaban Yunani, Romawi, India dan China. Pada
zaman peradaban Yunani misalnya, filsafat tumbuh dan berkembang dengan sangat pesatnya,
namun tidak sedikitpun berbicara tentang hak dan kewajiban yang dimiliki
perempuan. Di kalangan elit Yunani perempuan ditempatkan dalam sekap-sekap
gemerlapnya istana, sedang di kalangan bawah nasib perempuan sangat
menyedihkan. Mereka tak ubahnya bagai barang yang bisa diperjualbelikan dan
mereka dirampas hak-hak sipilnya, bahkan mereka tidak segan-segan menjadikan
perempaun sebagai sesajen untuk memenuhi selera dan nafsu seksualnya.
Dalam
peradaban Yunani, perempuan dikuasai sepenuhnya oleh ayahnya. Namun setelah
perempuan tersebut kawin maka diserakan kekuasaan tersebut pada suaminya.
Kekuasaan tersebut meliputi mengusir, menganiaya, menjual, dan membunuhnya.
Dalam peradaban China, perlakuan terhadap perempuan ternyata tidak lebih baik
dari peradaban Yunani dan Romawi. Dimana hak perempuan untuk hidup ternyata
harus berakhir dengan matinya sang suami, perempuan harus dikubur hidup-hidup pada
saat mayat suaminya dibakar. Menurut Quraish Shihab, diajarkan dalam petuah
Cina Kuno “anda boleh mendengarkan pembicaraan wanita, tapi sama sekali
jangan mempercayai kebenarannya”. Sedang dalam pandangan Yahudi
perempuan dianggap budak yang sewaktu-waktu bisa diperjualbelikan, karena
mereka dianggap sebagai penyebab terusirnya Adam dari surga.
Senada
dengan hal di atas, dalam peradaban bangsa jahiliyah perempaun juga diperlakukan
sama sebagaimana dengan peradaban-peradaban sebelumnya. Bahkan jauh lebih parah
bila dibanding dengan peradaban sebelumnya, dan hal ini mencapai titik
puncaknya ketika Rasulullah Saw. hadir dengan membawa Islam sebagai agama peradaban
yang baru.
Hadirnya
Rasulullah merupakan titik awal diletakkannya pondasi pengahargaan akan
keberadaan dan pengakuan hak-hak perempuan yang dalam beberapa abad terpasung
dalam imperium laki-laki. Penghargaan dan pengakuan tersebut beliau letakkan
dalam ungkapan “النساءعمادالبلاد” (wanita tiang
agama). Lain dari pada itu, dalam tradisi Sasak
tempo doeloe perempuan kerap kali terjadi benturan antara adat-budaya dengan
agama, bahkan tidak jarang perempuan sask tidak mendapat ruang yang bebas
sebagaimana layaknya kaum laki-laki dalam berbagai hal, terutama kebebasan
untuk mengembangkan diri melalui pendidikan dan lain-lain.
Tulisan sederhana ini mencoba mengajak pembaca untuk melihat
potret perempuan Sasak dari sisi sosial-budaya melalui analisis sosio-religius
yang penulis bingkai
pembahasannya dalam judul al-Qur’an menyapa perempuan (sasak). Dari hal ini
diharapkan dapat mengantarkan pembaca pada sebuah tesis tentang perempuan ‘imad al-Bilad dalam masyarakat
sasak.
A. Potret Perempuan Sasak
Suku Sasak merupakan
salah satu etnis yang mendiami pulau Lombok,
dimana suku ini mendominasi pulau yang orang-orangnya kerap dijuluki dengan sapaan
sasak lebung (baca: primitif). Namun terlepas dari panggilan yang tidak
berdasar tersebut, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka Lombok
merupakan salah satu pulau yang terkategori pulau paling kondusif bila
dibanding dengan pulau-pulau lainnya di seluruh nusantara[2]. Barang kali menurut hemat penulis, kategori tersebut dikarenakan Lombok
merupakan pulau yang cukup religus yang juga kaya akan kebudayaan. Di samping
itu, Lombok juga merupakan salah satu pulau yang patut mendapat prioritas
sebagai tempat menimba ilmu setelah pulau Jawa, karena bagaimanapun Lombok
memiliki banyak lembaga-lembaga pendidikan agama semisal pondok-pondok
pesantren, madrasah-madrasah, sekolah-sekolah yang berbasis agama dan
perguruan-perguruan tinggi Islam yang tidak kalah kualitasnya.
Dari sisi kehidupan beragama, masyarakat Lombok
terkenal sangat religious, karena itulah mungkin Lombok juga sering disebut
sebagai “pulau seribu masjid”. Mendengar
kata “pulau seribu masjid” saja, wah udah pasti
dong di Lombok memiliki banyak masjid,
atau mungkin orang-orang Lombok banyak diapit oleh para Tuan Guru-Tuan Guru
(baca: Kiyai; Jawa) dan lembaga-lemabaga pendidikan agama sehingga banyak
melahirkan generasi yang religious. Namun, entahlah sampai saat ini penulis
juga belum mendapat jawabannya.
Namun berbicara tentang
Lombok, ada isu yang cukup menarik yang terdapat
dalam pulau seribu masjid tersebut, ‘perempuan sasak dalam pergumulan sosial’,
ya itulah isu yang penulis maksudkan. Dalam pandangan suku Sasak tempo doeloe,
perempuan tak ubahnya perempuan yang ada pada masa peradaban Romawi, dimana
perempuan dikuasai sepenuhnya oleh keluarganya
sebelum akhirnya nanti
dipindah tangankan ketika perempuan tersebut telah menikah dengan laki-laki pilihan orang tua atau keluarganya. Hanya saja perempuan sasak tidak diperjualbelikan, dianiaya layaknya perempuan pada masa
Romawi dan Yunani kuno.
Dilihat
dari struktur masyarakat, dalam masyarakat Sasak yang merupakan penduduk
asli Pulau Lombok dikenal adanya suatu
pelapisan atau penggolongan masyarakat. Secara sosial-politik, masyarakat Sasak
dapat digolongkan ke dalam dua tingkatan utama, yaitu golongan bangsawan yang
lazim disebut perwangsa dan golongan masyarakat kebanyakan yang disebut jajar
karang atau bangsa Amaq. Golongan perwangsa terbagi atas dua
tingkatan, yaitu bangsawan penguasa dan bangsawan rendahan. Para bangsawan
penguasa atau perwangsa menggunakan gelar datu. Penyebutan untuk kaum
laki-laki golongan ini adalah raden dan perempuan bangsawannya dipanggil
denda.
Jika
kelompok raden telah mencapai usia cukup dewasa dan ditunjuk untuk
menggantikan kedudukan ayahnya, mereka berhak memakai gelar datu.
Perubahan gelar itu dilakukan setelah melalui upacara tertentu. Bangsawan
rendahan atau triwangsa menggunakan gelar lalu untuk para lelaki
dan baiq untuk para perempuan. Tingkatan terakhir disebut jajar
karang, panggilan untuk laki-laki adalah loq dan perempuannya adalah
le. Golongan pertama dan kedua lazim disebut permenak.
Sesuai
dengan statusnya, golongan permenak di samping lebih tinggi daripada jajar
karang, merupakan penguasa sekaligus pemilik sumber daya lahan pertanian
yang luas. Ketika dinasti Karangasem Bali berkuasa di Lombok, golongan permenak
hanya menduduki jabatan sebagai pembekel di daerah berpenduduk Sasak.
Masyarakat Sasak memberikan penghormatan kepada golongan permenak
berdasarkan ikatan tradisi turun-temurun dan berdasarkan ikatan budaya Islam.
Landasan pelapisan sosial masyarakat Sasak mengikuti garis keturunan lelaki
(patrilineal).
Dengan
struktur masyarakat yang seperti di atas, sering
kali perempuan mendapat diskrimanasi dari kastanya sendiri atau bahkan kasta
yang lebih tinggi dari kastanya. Lihat misalnya, perempuan pribumi tidak sama
sekali mendapat haknya untuk mendapatkan pendidikan. alasannya sederhana sekali,
perempuan itu tempatnya hanya di rumah ngurus keluarga atau suami kalau sudah merari’.
Dalam hal sosial, juga sama perempuan Sasaq tidak dibolehkan bepergian kesana
kemari bersama orang lain di luar kastanya, apalagi kasta bangsawan dan
seterusnya. Hal ini mengundang keprihatinan yang mendalam bila hal itu terus
berlaku sampai saat ini. Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, kapan
perempuan-perempuan sasaq akan boleh bersekolah menjadi orang pintar? Kapan
perempuan sasaq akan dapat mengenal dunia yang luas ini kalau hanya berkutat
dan disekap di dalam romantika adat? Melihat realitas demikian,
bagaimana sebenarnya Islam memposisikan
perempuan dalam masyarakat.
B. Pandangan al-Qur’an tentang Perempuan
Dalam al-Qur’an[3] terdapat banyak ayat yang berbicara
tentang perempuan dalam banyak hal. Berikut di antaranya.
1.
QS.
Al-Nisa (3): 34
“Kaum laki-laki
itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka
wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka
di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu,
Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah
Maha Tinggi lagi Maha besar”.
Dilihat dari asbab al-nuzul-nya, ayat tersebut memiliki
korelasi (munasabah) dengan ayat sebelumnya. Dimana ayat sebelumnya
berbicara tentang larangan iri hati terhadap seseorang yang memperoleh karunia
lebih banyak, kemudian menyuruh agar semua harta peninggalan diberikan kepada
ahli waris yang berhak menerimanya, menurut bagiannya masing-masing.
Selanjutnya, ayat 34-35 ini menerangkan alasan laki-laki dijadikan pemimpin
kaum perempuan, dan cara-cara menyelesaikan perselisihan suami-istri.[4]
Menurut Masdar Farid Mas’udi kata “Qawwãmun” bermakna penopang atau
penguat, kaum lelaki adalah penopang
atau penguat kaum isteri dengan (bukan karena)
kelebihan yang satu atas yang lain dan dengan (bukan karena) nafkah yang mereka
berikan. Dengan pengertian seperti ini, maka secara normatif sikap suami kepada
isteri bukanlah menguasai atau mendominasi dan cenderung memaksa, melainkan
mendukung dan mengayomi. Sedang menurut Asghar Ali Engineer, ayat dalam surat an-Nisa'
(4): 34 di atas, menjelaskan bahwa keunggulan laki-laki atas perempuan adalah
kelebihan fungsional, bukan jenis kelamin. karena laki-laki sebagai
pencari nafkah. Ayat di atas juga, hanya
mencerminkan situsi sosial pada saat ayat tersebut diturunkan, yaitu laki-laki
sebagai Qawwam, tidak menyebutkan kalau laki-laki wajib menjadi Qawwam.
Dan gambaran kondisi kesadaran perempuan pada saat itu masih sangat rendah, dan
menganggap tugas di sektor domestik adalah kewajiban perempuan. Oleh karena
itu, ayat tersebut bukanlah pernyataan normatif. Sehingga dengan konteks sosial
yang terus berkembang dan meningkatnya kesadaran kaum perempuan, maka berubah
pula konsep hak-hak perempuan.
2.
“Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak, dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
mendahulukan
3.
Hadis Nabi saw
“Dunia ini adalah
perhiasan/kesenangan dan sebaik-baik perhiasan/kesenangan dunia adalah wanita
yang shalihah.” (HR. Muslim,Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad).[5]
Ada hadist lain yang saya ambil dari berbagai sumber. Mari kita sedikit
merenung tentang keistimewaan perempuan yang kadang-kadang kita lupakan. Ini
saya lampirkan beberapa keistimewaan wanita menurut Hadist:
1.
Doa wanita itu
lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada
lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda ,
” Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan
sia-sia.”
2.
Wanita yang
solehah (baik) itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang soleh.
3.
Barangsiapa yang
menggembirakan anak perempuannya, darjatnya seumpama orang yang sentiasa
menangis kerana takutkan Allah .Dan orang yang takutkan Allah SWT akan
diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
4.
Wanita yang
tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW) di dalam
syurga.
5.
Barangsiapa
membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada
keluarganya) maka pahalanya seperti melakukan amalan bersedekah.Hendaklah
mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang
menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail.
6.
Syurga itu di
bawah telapak kaki ibu.
7.
Barangsiapa
mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak
perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan
dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta sikap
bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
8.
Apabila memanggil
akan dirimu dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu terlebih
dahulu.
9.
Daripada Aisyah
r.a.” Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya
lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang
baginya daripada api neraka.
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan
tertutuplah pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari
mana-mana pun pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
11. Wanita yang taat pada suaminya, maka semua ikan-ikan
di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua
beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya serta menjaga solat
dan puasanya.
12. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa di
bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta kepada suaminya, masuklah dia
dari pintu syurga mana sahaja yang dikehendaki.[6]
Semoga bisa menjadikan pelajaran bagi kita, entah itu
seorang perempuan ataupun laki-laki. Ambil maknanya. Maka daripada itu,
hargailah seorang wanita..Jagalah istri anda, anak2 anda, apalagi Ibu anda!!!
C.
Tipe Perempuan Menurut Alquran
Setidaknya ada
lima tipe wanita dalam Alquran. Pertama, tipe pejuang. Wanita tipe pejuang memiliki kepribadian kuat. Ia berani
menanggung risiko apa pun saat keimanannya diusik dan kehormatannya dilecehkan.
Tipe ini diwakili oleh Siti Asiyah binti Mazahim, istri Fir'aun. Walau berada
dalam cengkraman Fir'aun, Asiyah mampu menjaga akidah dan harga dirinya sebagai
seorang Muslimah. Asiyah lebih memilih istana di surga daripada istana di dunia
yang dijanjikan Fir'aun. Allah SWT mengabadikan doanya, Dan Allah menjadikan
perempuan Fir'aun teladan bagi orang-orang beriman, dan ia berdoa, Ya Tuhanku,
bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku
dari Fir'aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang zalim (QS At
Tahriim [66]: 11).
Kedua, tipe wanita
shalihah yang menjaga kesucian dirinya. Tipe ini diwakili Maryam binti Imran.
Hari-harinya ia isi dengan ketaatan kepada Allah. Ia pun sangat konsisten
menjaga kesucian dirinya. Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki,
sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula)
seorang pezina! . Demikian ungkap Maryam (QS Maryam [19]: 20). Karena keutamaan
inilah, Allah SWT mengabadikan namanya sebagai nama salah satu surat dalam
Alquran (QS Maryam [19]). Maryam pun diamanahi untuk mengasuh dan membesarkan
Kekasih Allah, Isa putra Maryam (QS Maryam [19]: 16-34). Allah SWT memuliakan
Maryam bukan karena kecantikannya, namun karena keshalihan dan kesuciannya.
Ketiga, tipe
penghasut, tukang fitnah dan biang gosip. Tipe ini diwakili Hindun, istrinya
Abu Lahab. Alquran menjulukinya sebagai "pembawa kayu bakar" alias
penyebar fitnah. Dalam istilah sekarang wanita penyiram bensin. Binasalah kedua
tangan Abu Lahab dan sesungguhnya ia akan binasa. demikian pula istrinya,
pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari sabut (QS Al Lahab [111]:
1-5). Bersama suaminya, Hindun bahu membahu menentang dakwah Rasulullah SAW,
menyebar fitnah dan melakukan kezaliman. Isu yang awalnya biasa, menjadi luar
biasa ketika diucapkan Hindun.
Keempat, tipe wanita
penggoda. Tipe ini diperankan Zulaikha saat menggoda Nabi Yusuf. Petualangan
Zulaikha diungkapkan dalam Alquran, Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di
rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup
pintu-pintu, seraya berkata, Marilah ke sini. Yusuf berkata, Aku berlindung
kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya
orang-orang yang zalim tiada akan beruntung (QS Yusuf [12]: 23).
Kelima, tipe wanita
pengkhianat dan ingkar terhadap suaminya. Allah SWT memuji wanita yang tidak
taat kepada suaminya yang zalim, seperti dilakukan perempuan Fir'aun (QS At
Tahriim [66]: 11). Namun, pada saat bersamaan Allah pun mengecam perempuan yang
bekhianat kepada suaminya (yang saleh). Istrinya Nabi Nuh dan Nabi Luth
mewakili tipe ini. Saat suaminya memperjuangkan kebenaran, mereka malah menjadi
pengkhianat dakwah.[7]
Difirmankan, Allah
membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya
berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shaleh di antara hamba-hamba
Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua
suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan
dikatakan (kepada keduanya), Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk
(neraka). (QS At Tahriim [66]: 10).
Wanita-wanita
yang dikisahkan Alquran ini hidup ribuan tahun lalu. Namun karakteristik dan
sifatnya tetap abadi sampai sekarang. Ada tipe pejuang yang kokoh keimanannya.
Ada wanita salehah yang tangguh dalam ibadah dan konsisten menjaga kesucian
diri. Ada pula tipe penghasut, penggoda dan pengkhianat. Terserah kita mau
pilih yang mana. Bila memilih tipe pertama dan kedua, maka kemuliaan dan
kebahagiaan yang akan kita dapatkan. Sedangkan bila memilih tiga tipe terakhir,
kehinaan di dunia dan kesengsaraan akhiratlah akan kita rasakan.
Dan
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi
penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa (QS An Nuur [24]: 34). Wallaahu a'lam.
[1]
Mahasiswa Prodi Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[2]
Dalam beberapa kesempatan, hal tersebut sering disampaikan kepada penulis secara
langsung oleh teman-teman penulis terutama yang berasal dari daerah lain di
Indonesia semisal mereka yang berasal dari pulau Jawa yang sempat berkunjung ke
pulau Lombok, dan lain-lainnya.
[3]
Semua ayat dalam tulisan ini diambil
dari software al-quran in word1.3 versi offline.
[4]
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya Disertai Tanda-Tanda Tajwid
dengan Tafsir Singkat (Depok: CV. Bayan Qur’an,
2009), hlm. 84.
[7] http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/membantah-feminis/surat-an-nisa-satu-bukti-islam-memuliakan-wanita/