Pengurus Berugak Institute
Diskusi perdana Berugak Institute telah menjadi awal baru dalam
menumbuhkan dan mentradisikan Semangat diskusi, dimana giroh diskusi yang
terlihat dari para pengurus Berugak Institute akan menjadi warna baru dalam
perjalanan sejarah dari masing-masing pengurus Berugak Institute. Di awal
diskusi ini, terlihat berbagai perpsektif yang menarik dalam mengawal arah
perubahan sosial, masyarakat Lombok. Mulai dari saudara Salimuddin (direktur Berugak
Institute) melihat permasalahan sosial dari perspektif Tafsir, dan menawarkan
lebih kepada mentradisikan dalam membaca dan memahami Al-Qur’an secara
universal oleh generasi muda Lombok, hal ini dikarenakan adanya pergeseran
nilai-nilai dan makna-makna awal yang selama ini menjadi kekuatan kenyakinan. Saudara
Irawan yang melihat dari perspektif Filsapat menawarkan untuk terus dibudayakan
solidaritas mekanis yang selama ini menjadi identitas masyarakat Lombok.
Saudara M. Fachrurrosyid Hilmi dari perspektif Sosiologi Agama lebih menawarkan
adanya sifat kritis-komunikatif dalam menemani arus perubahan sosial yang ada.
Selian itu, saudara Basarudin dari perspektif Sejarah Kebudayaan
Islam, lebih menawarkan untuk menjaga nilai-nilai tradisional agar kebudayaan
Lombok tidak tergeser oleh budaya-budaya baru yang ruhnya tidak kita kenal sama
sekali. Saudara M. Hatim yang lebih mengkaji dari sisi Pemikiran Pendidikan
Islam mencoba membaca reenterpretasi konsep tuan guru dalam arus modernisasi.
Saudara Syukur dari perspektif Pekerjaan Sosial (Social Work), lebih
kepada melihat realitas masyarakat yang bergantung pada kebijakan pemerintah,
kesejahteraan sosial harus dibangun dan dikuatkan melalui kebijakan-kebijakan
yang pro-rakyat miskin, serta adanya sebuah model sentuhan secara langsung
pemerintah dalam melihat permasalahan sosial masyarakat, tidak hanya dilihat
dalam kondisi meraba dalam jarak pandang yang jauh. Saudara Suhirman Jayadi
dari perspektif Pendidikan Agama Islam, lebih menyoroti model pendidikan yang
terlihat “wah” namun jauh dari karekter pendidikan yang dicita-citakan oleh
bangsa Indonesia ini. Saudara Agus Dedi Putawan dari perspektif Politik lebih
melihat sasak ditengah cengkraman globalisasi.
Dari berbagai sudut pandangan ini, diskusi perdana terlihat hidup
dan semangat yang tinggi dalam meningkatkan tradisi akademik.
Perdebatan-perbebatan pun muncul dari ketidakselarasan perspektif yang ada,
ketidakpuasan akan wacana yang ditawarkan menjadi satu kebiasaan lama
“penasaran” yang akan melahirkan jiwa-jiwa intelektual yang update secara terus
menerus, dan inilah harapan besar Berugak Institute dalam mengantar para
pengurus dalam melakukan gerakan perubahan demi kesejahteraan sosial yang
diamanatkan oleh pancasilan, sila ke-5 “keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia”. Dengan demikian, warna intelektual dalam Berugak Institute menjadi
lebih menarik dan memiliki paradigma yang berbeda-beda namun disatukan dalam
ikatan “ke-sadar-an”. Dimana ke-sadar-an memiliki makna akan arti penting
memahami dunia globalisai, namun tetap memegang teguh kenyakinan akan kekuasaan
mutlak Sang Pencipta “Allah SWT”.
Dengan demikian, harapan demi harapan terus menjadi teguran hangat
yang selalu diingatkan oleh identitas Berugak Institute yakni “ke-sadar-an”.
Karena dengan ke-sadar-an secara ‘keyakinan hati’ akan melahirkan pemaknaan
yang lebih luas dari sekedar hanya memahami. Dan harapan kami “pengurus Berugak
Institute” semoga apa yang kami suguhkan ini dapat bermakna positif yang akan
mengantarkan pada kedewasaan yang lebih kepada para pembaca yang sudah
menyempatkan diri berkunjung di blog Berugak Institute.
Yogyakarta; 18 Oktober 2014
Mengetahui;
Direktur Berugaq Institute Sekjen
Berugaq Institute
Salimuddin. S.Th.I Syukur.
S.Sos.I