(Telaah
Islam di Lombok dalam Tantangan Modernisme)
Oleh:
Irawan
A.
Latar Belakang
Globalisasi
“modernsasi” telah merambat keberbagai kalangan, tidak hanya pada dataran
massyarakat kota namun juga sudah masuk kepada pelosok kehidupan, yang
mengakibatkan nilai-nilai tradisi semakin terkikis, sosial kemasyarakatan yang
kolektif semakin kacau sehingga konsekuensinya merubah tatanan masyarakat
tersebut menjadi individualis, tidak hanya pada dataran tradisi dan sosial
namun Agama juga terpengaruhi oleh dampak dari Modernisasi tersebut.[1] Mungkinkah Globalisasi atau Modrisasi
dapat berjalan dengan satu jalur dalam konteks agama dengan modernisasi dalam
konteks masyarakat Lombok?
Masuknya Islam di Pulau Lombok hampir
bersamaan dengan masuknya Islam ke Sulawesi dan sekitaranya. Walaupun demikian,
menurut catatan sejarah, masuknya islam ke pulau Lombok yaitu pada abad ke-20.[2],
disinilah Agama Islam sudah menjadi identitas bagi masyarakat lombok, selogan
seribu Masjid merupakan bukti besarnya agama islam sebagai agama yang
mayoritas.
B.
Rumusan Masalah
Namun melihat realitas morenisasi saat
ini yang menjadi cita-cita pemerintah dan masyarakat Lombok, mungkinkah Lombok yang dikenal sebagai masyarakat
mayoritas Islam masih sampai sekarang? Dan
apakah Islam hanya sebagai syimbol saja?
C.
Analisis
Agama dan modernisasi sudah menjadi isu
besar bagi para tokoh islam, apakah hal itu dapat digandengkan? Melihat
masing-masing misi antara Agama dan Modrenisasi
memiliki suatu perbedaan yang sangat jelas. Agama dalam relitas sosial
oleh Peter L. Berger menyebutnya sebagai entitas keramat yang dapat melingkupi
segalanya yaitu sebagi kosmos yang mampu melindungi dan memepertahankan dirinya
dihadapan kekacauan yang selalu menghadanganya.[3] Agama
memberikan solusi moral dan etika, disatu sisi modrnisasi memberikan kemajuan
tehnologi dan pemikiran. Sehingga antara agama dengan moderisasi bukan
merupakan satu kesatuan sisi namun berbelahan sisi.
Melihat konteks masyarakat Lombok saat
ini yang lagi merintis Moderisasi yang terinspirasi dari perubahan desain tata
kota yang modern, sepertinya banyaknya Hotel, Mini Market, Bandara
Internasional, dan juga Mall yang semakin marak tentu memeberikan imbas pada pemikiran masayarakat
yang serba Modern dan menambah gensi sosial yang tinggi. Pada akhirnya
masyarakat akan menyampingkan hal-hal yang berbau Agama. Agama bukan memjadi
misi utama masyarakat akan tetapi modernisasi adalah misi utamanya. Terlihat
bagaimana masyarakat Lombok sudah mulai prural dalam memilih dimana anaknya
akan meneruskan studi yang bukan lagi menghiraukan konsep moral akan tetapi
lebih kepada respon terhadap tuntutan zaman. Agama hanya sebatas symbol saja.
Adanya Islamic Center merupakan suatu bentuk dari skularisasi antara Agama
dengan Modernisasi. Maysarakat akhirnya menilai bahwa manusia yang tinggi
derajatnya ialah yang berada, mempunyai uang, fasilitas hidup yang mewah, yang
semuanya diukur dari ekonomi dan kecerdasan, dan bukan lagi melihat tingkat
keimanan seseorang dan kesalehannya sebagai sesuatau yang tinggi.
dengan kemajuan masyarakat Lombok yang serta
modrnis Agama Islam seharusnya menjadi realitas sosial yang dapat menjawab
persoalan yang ada pada masyarakat Lombok dan bukan hanya sebagai agama suci semata oleh
Peter L. Berger menyebutnya sebagai (sacred
canopy).[4] Untuk menjawab realitas agama dan moderisasi
maka Pertama
agama dapat menyesuaikan diri dengan konteksnya melebur dalam keadaan yang
artinya memerlukan sistem baru dalam mentransformasikan agama ada masyarakat
tentu menentukan para dakwah yang revosioner. Kedua merubah system pemikiran
masyarakat yang tadinya agama Islam hanya ada pada sesuatu yang transenden
namun juga mempunyai garis horizontal yang dapat menyentuh kemanusiaan (humanisme). Ketiga merubah penampilan
agama Islam kepada sesuatu yang culture dan dialogis (kesalehan modernis),
artinya agama memepunyai nilai apresiatif terhadap kehidupan masyarakat. Dengan
tawaran diatas masyarakat Lombok dengan tantangan zamannaya akan selalu
bergandengan dengan agamanya, karena setiap Agama tidak pernah memaksa ataupun
mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan penganutnya