Rabu, 22 Oktober 2014

AGAMA DAN BUDAYA

Posted by Unknown On 20.09 | No comments

(Menilik Perkawinan Agama dan Kebudayaan)[1]
 
Oleh: Suhirman al-Sasaki[2]


Dalam salah satu kesempatan Prof. Noorhaidi, Ph.D pernah mengatakan, “Islam sebagai agama dengan Islam sebagai ilmu adalah dua hal yang berbeda namun sering kali menjebak seseorang”.[3] Lebih jauh dapat dipahami bahwa Islam sebagai agama adalah sesuatu yang sudah final, karena Islam merupakan agama yang sangat diyakini kebenarannya berdasarkan nash-nash yang terdapat dalam al-Qur’an, sesungguhnya agama yang diakui disisi Allah adalah Islam”. Sedangkan agama sebagai ilmu atau ajaran itu dipandang sebagai sesuatu yang belum selesai karena masih mengkehendaki pengkajian-pengkajian yang mendalam melalui berbagai disiplin keilmuan. Dalam hal ini agama tidak hadir dengan wajah ilmu fiqih dan al-Qur’an saja sebagaimana yang dipahami oleh sebagian orang, melainkan agama bisa muncul dengan corak dan bentuk ilmu-ilmu yang lain, semisal sosiologi, antropologi dan lain-lain.

Terilhami dari pernyataan di atas, maka sosiologi sebagai ilmu yang membahas tentang hal-hal yang bersifat sosial masyarakat yang di dalamnya juga memuat tentang budaya sebagai manifestasi dari interaksi yang terjadi, sedikit banyak member corak bagi agama dalam pengertian yang kedua di atas. Oleh Karena itu, pemahaman yang mendalam mengenai hal tersebut mutlak diperlukan agar dapat dipahami relasi yang terjadi antara agama dengan budaya.

Tulisan sederhana ini bermaksud melihat status ‘perkwainan’ atau relasi antara agama dan budaya yang berkembang dalam masyarakat dalam persfektif yang umum (global), sebagai referensi pengantar untuk memahami yang lebih detail dan rinci tanpa melakukan perselingkuhan antara satu agama yang berkembang dalam budaya sebuah masyarakat atau  dengan lainnya.


a.   Agama

Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata “A” yang berarti “tidak” dan “gama” yang berarti “kacau”. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut Hinduisme, agama sebagai kata benda berfungsi memelihara integritas dari seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan realitas tertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya. Ketidakkacauan itu disebabkan oleh penerapan peraturan agama tentang moralitas,nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai dan diberlakukan.

Dalam Islam kata agama disebut dengan kata Al-Din, seperti yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an surat 3 : 19. Agama Islam disebut al-Din sebagai lembaga Ilahi untuk memimpin manusia untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Secara fenomenologis, agama Islam dapat dipandang sebagai corpus syari’at yang diwajibkan oleh Tuhan yang harus dipatuhinya, karena melalui syari’at itu hubungan manusia dengan Allah menjadi utuh. Cara pandang ini membuat agama berkonotasi kata benda sebab agama dipandang sebagai himpunan doktrin.


b.   Budaya
Dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia  disebutkan bahwa, “ budaya “ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat”. Sedang “kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu dll). Sedang ahli sejarah mengartikan kebudayaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup,  way of life, dan kelakuan.

Menurut Ki Hadjar Dewantoro Kebudayaan adalah "sesuatu" yang
berkembang secara kontinyu, konvergen, dan konsentris. Jadi
Kebudayaan bukanlah sesuatu yang statis, baku atau mutlak. Kebudayaan berkembang seiring dengan perkembangan evolusi batin maupun fisik manusia secara kolektif.

c.   Perkawinan (Relasi) Agama dan Budaya
Seperti halnya kebudayaan agama sangat menekankan makna dan signifikasi sebuah tindakan. Karena itu sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat antara kebudayaan dan agama bahkan sulit dipahami kalua perkembangan sebuah kebudayaan dilepaskan dari pengaruh agama. Sesunguhnya tidak ada satupun kebudayaan yang seluruhnya didasarkan pada agama. Untuk sebagian kebudayaan juga terus ditantang oleh ilmu pengetahuan, moralitas secular, serta pemikiran kritis.

Meskipun tidak dapat disamakan, agama dan kebudayaan dapat saling mempengarui. Agama mempengaruhi system kepercayaan serta praktik-praktik kehidupan. Sebalikny akebudayaan pun dapat mempengaruhi agama, khususnya dalam hal bagaimana agama di interprestasikan/ bagaimana ritual-ritualnya harus dipraktikkan. Tidak ada agama yang bebas budaya dan apa yang disebut Sang –Illahi tidak akan mendapatkan makna manusiawi yang tegas tanpa mediasi budaya, dlam masyarakat Indonesia saling mempengarui antara agama dan kebudayaan sangat terasa. Praktik inkulturasi dalam upacara keagamaan hamper umum dalam semua agama.

Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang objektif.

Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan penganutnya. Hubungan kebudayaan dan agama tidak saling merusak, kuduanya justru saling mendukung dan mempengruhi. Ada paradigma yang mengatakan bahwa ” Manusia yang beragma pasti berbudaya tetapi manusia yang berbudaya belum tentu beragama”.  Jadi agama dan kebudayaan sebenarnya tidak pernah bertentangan karena kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, tapi berkembang terus mengikuti perkembangan jaman. Demikian pula agama, selalu bisa berkembang di berbagai kebudayaan dan peradaban dunia.


[1] Materi ini disampaikan pada acara disKusi rutin “Berugaq Institute”, Kamis, 22 Oktober 2014 di depan Gedung Multi Purpose UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[2] Penulis adalah mahasiswa  Program Studi Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 
[3] Materi tersebut  penulis dapatkan saat mengikuti acara Seminar Nasional “Paradigma dan Implementasi Pendekatan Integrasi-Interkoneksi dalam kajian Pendidivan Islam” Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 15-16 Oktober 2014.  
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Populer Post Berugaq Institute

SELAMAT DATANG DI BLOG BERUGAQ INSTITUTE "SELAMAT MENIKMATI DAN TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG" KARENA KUNJUNGAN ANDA SANGAT BERHARGA

Fanspage Berugaq Institute

Pengunjung BI Online


Get this