Kesejahteraan
sosial sebagai harapan dan impian masyarakat khususnya masyarakat miskin, telah
menjadi banyangan yang tak dapat digapai. Kebahagiaan hidup dalam menjalani kehiudapan
sehari-hari harus terenggut oleh ketidakberdayaan mereka dalam memenuhi standar
hidup yang ditetapkan oleh PBB maupun standar hidup yang ada di Indonesia.
Proses hidup mereka yang seharunya lebih baik, dilalui dipersimpangan jalan,
pembuangan sampah, jalanan, dan tepat-tempat lain yang mereka anggap sebagai
tempat Tuhan menitipkan rezeki bagi mereka. Keadaan ini menjadi miris terlihat,
karena selain wajah Indonesia secara umum dan Lombok secara khusus terlihat lusuh, keadaan ini juga akan membawa
dampak buruk bagi pertumbuhan generasi emas yang diharapkan sebagai penerus
bangsa. Yang mana dalam permasalahan ini berakar pada struktur keluarga, dengan
kata lain, keluarga adalah miniatur terkecil dalam sebuah negara yang harus dibangun
sesuai dengan semangat kerja keras dan berkarakter.
Dalam
tatanan keluarga, keluarga sebagai bagian integral dari masyarakat Indonesia
memiliki kedudukan dan posisi yang strategis bagi pertumbuhan perkembangan dan
kelangsungan hidup masyarakat dan bangsanya, kedudukan keluarga dalam kehidupan
bermasyarakat ditempatkan sebagai ujung tombak di tingkat dasar dalam struktur
kebangsaan. Sebagai ujung tombak masyarakat, keluarga memiliki tanggungjawab
sebagai pembentuk karakter bagi calon pemimpin masa depan, pengemban tongkat
estafet amanat perjuangan bangsa untuk mencapai masyarakat Indonesia yang hidup
dalam keadilan dan kesejahteraan sebagaimana yang tersirat pada Pancasila dan UUD
1945.
Namun
pada kenyataannya berbagai persoalan muncul dipermukaan, mulai dari pernikahan
dini, kekerasan terhadap anak, kekerasan terhadap perempuan, pelecehan seksual
sampai pada tataran yang unik dan selalu menarik untuk dikaji, yakni perceraian,
keberadaan janda-janda menjadi simbol kekerasan simbolik terhadap kaum perempuan.
Permasalahan tersebut lambat laun semakin meresahkan jika tidak ditanggulangi
sejak dini, baik dari kalangan pemangku kebijakan tertinggi hingga pemangku
kebijakan paling bawah, dan stockholder yang responsif terhadap
permasalahan tersebut. Tentu saja semua ini tidak akan mudah terlaksana tanpa
ada doktrin “KESADARAN” terhadap masyarakat pada umumnya dan dalam tataran
keluarga pada khususnya.
Dengan
berlandaskan gambaran ini, berugaq institute sebagai lembaga yang dijalankan
oleh para pemuda yang responsif terhadap permasalahan sosial (pendidikan,
kesehatan, ekonomi, kemiskinan dan lainnya) ingin mengantarkan masyarakat
miskin kearah yang lebih baik, melalui pengembangan sumber daya manusia,
penelitian sosial dalam menemukan titik merah dari permasalahan tersebut,
menganalisis segala permasalahan yang ada, dan melakukan pengabdian kepada
masyarakat guna melaksanakan amanah sebagai hubungan sosial (hablum minannas),
serta melakukan aksi gerakan anti kemiskinan dalam menunjang kesejahteraan
sosial sebagai bentuk nilai-nilai solidaritas mekanis yang tertanam dalam jiwa
masyarakat sasak selama ini.
Oleh
karena itu, harapan mulia berugaq institute ini yang telah ditanamkan kepada pengurus
berugaq institute dan sebagai amanah yang harus dijalankan dan diwujudkan
kedalam aplikasi nyata, dengan berbekal ilmu pengetahuan, cinta, kasih sayang,
rasa persaudaraan, keikhlasan, dan pengabdian serta kesadaran secara emosional
tanpa syarat.
Tertanda:
Direktur Berugaq Institute Sekretaris
Direktur
Salimudin. S.Thi Syukur.
S.Sos.I