Abstrak
Masyarakat
Sasak sebagaimana yang kita bangga-baggakan pada abad 21 ini disinyalir telah
mengalami degradasi kebudayaan. C. A. Van Peursen dalam bukunya berjudul Strategi
Kebudayaan, menjelaskan bahwa dewasa ini terdapat pergeseran-pergeseran arti
kebudayaan. Dahulu kita kenal bahwa orang akan mengalami tiga tahap kebudayaan
(bukan tingkatan tapi pandangan), tiga tahap itu diantaranya: tahap mitis,
tahap ontologis, dan tahap fungsional.
Tahap
Mitis, yaitu sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya, seperti kekuasaan dewa-dewa alam raya
atau kekuasaan kesuburan, seperti dipentaskan dalam mitologi-mitologi yang dinamakan
bangsa-bangsa primitif. Tahap Ontologis (rasionalitas muncul), yaitu sikap
manusia yang tidak lagi hidup dalam kepungan kekuasaan kekuatan mitis,
melainkan secara bebas ingin meneliti segala hal. Manusia mengambil jarak
terhadap segala sesuatu yang dahulu dirasakan sebagai kepungan. Mereka mulai
menyusun suatu ajaran atau teori dasar mengenai hakikat segala sesuatu
(ontologi) dan mengenai segala sesuatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu). Tahap
Fungsional (dunia industri), yaitu sikap dan alam pikiran yang tidak begitu
terpesona lagi oleh lingkungannya (sikap mitis), ia tidak lagi dengan kepala
dingin ambil jarak terhadap objek penyelidikannya (sikap ontologis), ia ingin
mengadakan relasi-relasi baru, suatu kebertautan yang baru terhadap segala
sesuatu dalam lingkungannya. Dalam alam pikiran fungsionil nampak, bagaimana
manusia dan dunia saling menunjukkan relasi, dimana manusia sebagai subyek (S)
masih berhadapan dengan dunia (O), tetapi bukan lagi sebagai sesuatu yang bulat
tertutup: subjek terbuka bagi objek dan sebaliknya.
Tentu
saja itu semua belum selesai karena pada tahapan lanjutnya tentu kita
menghadapi hidup sekarang ini, tidak sekedar fungsional (dunia industri) bahkan
lebih dari itu, maka teori yang timbul kemudian adalah meaning, function,
dan fun.
Key
word: Sasak, Kebudayaan, Meaning, Function, Fun.